Saya menyerah karena saya tidak bisa.
Tidak terlalu banyak orang yang mau mengakui kelemahannya sendiri. Saya juga sama, tenang saja. Anda satu aliran dengan saya. Padahal sudah mencoba dan gagal, terus gagal. Mungkin Anda pernah mendengar, Thomas Alfa Edison menemukan lampu pijar setelah melakukan percobaan ribuan kali yang gagal sebelum akhirnya bisa menciptakan lampu.
Tapi kita bukan Thomas, Alfa atau Edison, bukan? Jadi apa salahnya, kita mengakui kelemahan kita dan mendelegasikannya kepada orangyang lebih kompeten dibidangnya. Jangan terlalu maruk, bos. Santai saja kayak di pantai.
Sejak kecil kita dididik untuk tidak cepat menyerah oleh guru, orang tua dan siapa saja yang pernah mendidik Anda, saya tidak tahu semua. Dan kita termotivasi karenanya, lalu berandai-andai sesudah besar menjadi manusia serba bisa, pahlawan super atau setidaknya jadi Menristek yang kemudian menjadi Presiden, indah bukan?
Ketika fikiran kita sedikit terbuka, ada banyak realita yang disajikan panggung dunia dan semuanya tidak seratus persen, mendukung pendidikan yang kita dapat selama ini, jangan sedih. Itu adalah kehidupan yang sebenarnya. Dan Anda bisa saja bersorak waktu pelajaran tertentu yang Anda sangat malas karenanya sekarang terbukti bahwa pelajaran ini tidak perlu Anda praktekan di hidup Anda.
Kalau saya menyerah, itu karena saya tidak bisa, bukan karena saya tidak mau. Mungkin kadara kemampuan kita perlu ditimbang kembali, bukankah kita masih punya teman, kenalan atau sebangsa manusia lainnya yang mumpuni dibidangnya dan bahkan senang melakukannya? Pertimbangkanlah.
0 komentar:
Posting Komentar