Hujan Lagi Tuhan Jadinya Basah

Februari ke Maret hujan masih terus saja sering turun, pelan-pelan sih dan masih berupa air bukan duit seperti impian orang kebanyakan. Tapi tetap saja basah, buktinya pekarangan tetangga saya juga banjir, selokan juga banjir, balong sama sungai juga banyak airnya.

hujan dan petir

Saya pribadi termasuk manusia yang tidak terlalu bermasalah dengan hujan, hanya saja kadang tidak tahan dengan petir. Karena petir sering menyebabkan saya takut, takut gambar televisi jadi jelek, bukan takut dengan suaranya.

Satu hal lagi, karena petir kadang datang tanpa diundang, makanya kita tidak pernah persiapan untuk dandan, nanti hasil fotonya jadi jelek bagaimana? Bukankah kilat petir sama dengan lampu blitz kamera? Itu artinya Dewa Petir sedang mengambil gambar, katanya seperti itu, itulah mengapa saya dan teman-teman saya kadang-kadang suka langsung pose kalau ada kilat.

Terserah mau hujan atau tidak tetap saja basah, tergantung jabatannya. Setuju? Ada-ada saja.

Nafsu adalah Seni Hidup dan Kita Melakukannya Setiap Hari

Nafsu adalah Seni Hidup dan Kita Melakukannya Setiap Hari
Tuhan adalah pengatur masa dan tugas kita adalah menyusun jadwalnya, sangat sederhana. 

Kita dipersiapkan siang untuk melakukan kegiatan untuk menyambung kelangsungan hidup dan malam hari disediakan untuk beristirahat, mempersiapkan tenaga utnuk kembali lagi melakukan kegiatan guna menyambung kelangsungan hidup kita lagi, ini juga masih sederhana tapi seragam.

Ternyata hidup kita hanya untuk ini dan itu saja setiap hari.

Lalu dimana seninya?

Seninya adalah nafsu.

Kita disediakan nafsu untuk melanggar tatanan baku untuk mengejar sesuatu yang kita sendiri juga tidak terlalu faham faedahnya. Hanya ingin seperti orang lain, itu saja.

Kita bekerja dengan slogan demi sesuap nasi, padahal kita sendiri sejujurnya mengaku bahwa sesuap nasi tidak akan membuat kenyang perut kita, nafsu kita meminta lebih dan mendorong kita melakukan kegiatan untuk menyambung hidup menjadi lebih keras dan lebih lama melebihi waktu yang telah disediakan, lalu kapan kita menikmati hasil dari kegiatan untuk menyambung hidup?

Isi kepala setiap orang berbeda, maka nafsu yang menjadi kesenian dalam hidup juga hadir dengan segala varian yang sangat berwarna dan tidak bisa dihitung. Ini bukan tugas saya untuk berhitung dan melaporkan hasilnya kepada Anda!

--Membayangkan manusia tanpa nafsu adalah seperti melihat tumpukan kertas kosong seragam--





Saya Menyerah Karena Tidak Bisa

Saya menyerah karena saya tidak bisa.

saya meyerah karena saya tidak bisa
Tidak terlalu banyak orang yang mau mengakui kelemahannya sendiri. Saya juga sama, tenang saja. Anda satu aliran dengan saya. Padahal sudah mencoba dan gagal, terus gagal. Mungkin Anda pernah mendengar, Thomas Alfa Edison menemukan lampu pijar setelah melakukan percobaan ribuan kali yang gagal sebelum akhirnya bisa menciptakan lampu.

Tapi kita bukan Thomas, Alfa atau Edison, bukan? Jadi apa salahnya, kita mengakui kelemahan kita dan mendelegasikannya kepada orangyang lebih kompeten dibidangnya. Jangan terlalu maruk, bos. Santai saja kayak di pantai.

Sejak kecil kita dididik untuk tidak cepat menyerah oleh guru, orang tua dan siapa saja yang pernah mendidik Anda, saya tidak tahu semua. Dan kita termotivasi karenanya, lalu berandai-andai sesudah besar menjadi manusia serba bisa, pahlawan super atau setidaknya jadi Menristek yang kemudian menjadi Presiden, indah bukan?

Ketika fikiran kita sedikit terbuka, ada banyak realita yang disajikan panggung dunia dan semuanya tidak seratus persen,  mendukung pendidikan yang kita dapat selama ini, jangan sedih. Itu adalah kehidupan yang sebenarnya. Dan Anda bisa saja bersorak waktu pelajaran tertentu yang Anda sangat malas karenanya sekarang terbukti bahwa pelajaran ini tidak perlu Anda praktekan di hidup Anda.

Kalau saya menyerah, itu karena saya tidak bisa, bukan karena saya tidak mau. Mungkin kadara kemampuan kita perlu ditimbang kembali, bukankah kita masih punya teman, kenalan atau sebangsa manusia lainnya yang mumpuni dibidangnya dan bahkan senang melakukannya? Pertimbangkanlah.

Tidur 12 Jam

Siapa yang membutuhkan tidur sampai 12 jam? Saya bisa, dengan catatan tidak ada yang membangunkan dan beri saya libur setelahnya, saya siap dan bersedia. Saya tidak memiliki rekam medis yang jelek mengenai tidur 12 jam, boro-boro rekam medis, ke dokter sekedar periksa koreng saja belum pernah, gak tahu kalau si Ishak, saya sudah jarang menanyai orang-orang setelah tugas sensus selesai!

tidur 12 jam
Saya hanya tidur paling lama 6 jam, bahkan kurang. Kalau kelebihan saya tidak sanggup bayarnya. Bedanya saya sama kamu apa? Jelas beda lah, saya tidur disini kamu disana, tidak istimewa.

Barangkali ada yang pernah mendengar, tidur yang baik minimal 8 jam semalam, teorinya seperti itu. Nah yang punya teori bisa nyenyak tidur, kita yang praktek kesusahan tidur, banyak mikir. Mikirin utang, karier, asmara dan kesehatan soalnya sudah tidak musim lagi sms dengan ketik reg spasi.

Kita sebagai pemilik tunggal tubuh, rasanya tidak perlu diajari tentang kebutuhan tidur, kapan waktunya bangun, kapan waktunya makan, kapan waktunya mandi, kapan waktunya buang air. Kita sendiri yang merasakan, tinggal kreatif kita sendiri yang bekerja menyesuaikan, jangan digabung. Masak tidur sambil buang air, bau!

Anda silakan tidur sampai 12 jam, kalau memang tidak mengganggu kegiatan yang lain, silakan bangun kalau memang bangun, tidur lagi kalau mau nurut Mbah Surip, bangun tidur terus mandi kalau mau nurutin lagu anak-anak. Kreatif sedikitlah bang, masak dituntun terus.


Menuju Tak Terbatas dan Melampauinya

Saya tidak tahu mengapa ingin menulis anekdot Buzz dari Toy Story yang sering terngiang di telinga saya, "Menuju tak terbatas dan melampuinya" Padahal saya tidak memiliki target apa-apa, segini juga sudah uyuhan. Jangankan menuju tak terbatas, sampai finish juga belum pernah. Apakah saya pernah cerita kalau saya bukan Atlet Marathon?

Karena manusia mempunyai jatah umur, maka mau tak mau kita dipaksa mengakui keterbatasan kita. Pekarangan rumah saja ada batasnya, tidak peduli uang Anda masih banyak di rekening bank. Kertas ada batasnya juga, tidak peduli itu kertas kosong sekalipun, dan saya juga ada batasnya menulis disini, jangan terlalu berharap saya akan menulis panjang lebar dan membuat Anda puas, lalu lupa makan-lupa mandi. Gila, yang benar saja.

Keterbatasan yang kita punya, seringkali menjadi alasan untuk tidak atau iya. Tidak melakukan sesuatu atau iya melakukan sesuatu. Kalau saya terdesak, saya akan bersandar pada keterbatasan saya dan tidak melakukan sesuatu seolah-olah sahih, tapi kalau saya merasa berhasil melakukan sesuatu dengan sedikit peras otak, saya merasa seolah-olah saya telah melampaui batas. Padahal, tidak!

Saya tidak pernah bisa maksimal, hanya medium, seringnya minimal dan saya biasa saja, tidak terlalu terobsesi dengan batas apalagi melampauinya. Segini juga udah uyuhan, saya mah. Kalau Anda bisa menuju batas hari ini, apa salahnya melampauinya. Lalu silakan hubungi Buzz, katakan "Saya bisa!" Dan tolong kabari saya, untuk proyek percontohan umat manusia.

Tujuan Hidup Kita Apa

Tujuan Hidup Kita Apa?

tujuan hidup kita apa
Banyak yang bertanya kepada dirinya sendiri, tujuan hidup kita apa? Mana saya tahu. Saya juga tidak tahu apakah Anda masih hidup? Hidup ini misterius saudara-saudara kita bisa meminta hidup lebih lama, sementara jatah umur kita sudah terlanjur dibuat dan tidak bisa dihapus.

Apa manfaatnya buat kita? Kalau hidup ini bermanfaat untuk orang banyak, saya kira bermanfaat juga untuk kita, jadi jangan disamakan dengan menfaat obat. Umur kita tidak pernah ada yang tahu, jalan satu-satunya berikan manfaat kepada orang lain, itu saja.

Kita tidak sendirian, ada banyak manusia di belahan dunia lainnya yang ingin bermanfaat untuk orang lain sama halnya dengan kita, tugas kita adalah, tidak usah berfikir terlalu berat, lakukan saja apa yang kita bisa dan kita suka, selama tidak melanggar aturan agama, masyarakat dan negara, halal!

Untuk apa memiliki perencanaan yang matang kalau akhirnya mentah lagi atau sudah matang malah busuk, mending mengalair seperti air dan dibutuhkan orang banyak, hikamhnya kita sendiri yang merasakan. Tuhan menilai dari langit ke-tujuh, selesai!

Setengah Delapan Pagi

setengah delapan pagi
Saya kira kita semua pernah melihat jam pada pukul setengah delapan pagi, ini artinya setengah jam lagi bos kita akan ngomel-ngomel kalau kita tidak hadir di tempat tugas kita. Atau artinya Anda terlambat setengah jam untuk masuk kerja. Atau saya baru saja tidur beberapa jam yang lalu. Jangan terlalu heran, si Anto tetangga saya juga biasa saja, yang penting masih beriman.

Apa sih artinya setengah jam sebelum jam delapan pagi?

Banyak sekali artinya. Si Udin sudah menjual bubur kacang ijo 8 mangkok ke balai desa untuk sarapan pagi pamong desa. Bu Mirah sudah menjual 1 potong kaos kepada si Candra anaknya bu Casritem yang menangis berguling-guling waktu melihat ada kaos Sponge Bob model baru di toko baju Bu Mirah. Dan artinya bu Casritem sudah menghabiskan uang 45 ribu, bahkan sebelum ia selesai membayar sayuran yang ia pilih dari lapaknya Mang Kustar.

Untungnya saya, saya tidak kehilangan apa-apa, karena masih tidur. Katanya rejeki saya bisa dipatok ayam, tinggal kita potong saja ayamnya lalu kita makan, rejeki yang tadi dipatok ayam kita makan lagi, jenius! Apa hebatnya bangun pagi kalau ternyata malah kita kehilangan sesuatu?

Dengan bangun sebelum setengah delapan artinya penjual kopi di warung sebelah mengambil seribu dari dompet istri saya, dan gas elpiji 3 kilo berkurang sedikit isinya untuk masak air. Dan paru-paru saya sudah kemasukan asap pagi-pagi. Dan saya menolaknya dengan cara halus, pura-pura masih ngantuk.

Pekerjaan sih gampang, toh tidak akan beres jam delapan pagi ini, sampai jam dua belas siang juga belum tentu beres. Ad-ada saja.