Tuhan adalah pengatur masa dan tugas kita adalah menyusun jadwalnya, sangat sederhana.
Kita dipersiapkan siang untuk melakukan kegiatan untuk menyambung kelangsungan hidup dan malam hari disediakan untuk beristirahat, mempersiapkan tenaga utnuk kembali lagi melakukan kegiatan guna menyambung kelangsungan hidup kita lagi, ini juga masih sederhana tapi seragam.
Ternyata hidup kita hanya untuk ini dan itu saja setiap hari.
Lalu dimana seninya?
Seninya adalah nafsu.
Kita disediakan nafsu untuk melanggar tatanan baku untuk mengejar sesuatu yang kita sendiri juga tidak terlalu faham faedahnya. Hanya ingin seperti orang lain, itu saja.
Kita bekerja dengan slogan demi sesuap nasi, padahal kita sendiri sejujurnya mengaku bahwa sesuap nasi tidak akan membuat kenyang perut kita, nafsu kita meminta lebih dan mendorong kita melakukan kegiatan untuk menyambung hidup menjadi lebih keras dan lebih lama melebihi waktu yang telah disediakan, lalu kapan kita menikmati hasil dari kegiatan untuk menyambung hidup?
Isi kepala setiap orang berbeda, maka nafsu yang menjadi kesenian dalam hidup juga hadir dengan segala varian yang sangat berwarna dan tidak bisa dihitung. Ini bukan tugas saya untuk berhitung dan melaporkan hasilnya kepada Anda!
--Membayangkan manusia tanpa nafsu adalah seperti melihat tumpukan kertas kosong seragam--